Selasa, 19 Maret 2013

Sihir dan Syaitan


Kata sihir berasal dari bahasa arab. Sihir secara etimologi berarti sesuatu yang halus dan tersembunyi. Sihir secara terminologi adalah ilmu gaib, atau ilmu yang menggunakan bantuan makhluk halus.  Sedangkan menurut penulis; sihir adalah trik sulap yang dibumbui mantra, sesaji ataupun mitos-mitos tertentu untuk membuat kesan gaib untuk membuat makin kagum bagi orang yang melihatnya. Kata “sihir” banyak dijumpai pada ayat suci Al-Quran dan Hadis. Dalam ajaran Islam, sihir adalah ilmu yang dilarang karena pelaku sihir menggunakan mantra-mantra, sesaji-sesaji, dan ritual yang masuk dalam perbuatan syirik.


Perlu diketahui, 1400-an tahun yang lalu ketika zaman Rasulullah SAW hidup, masih berada pada zaman primitif. Masyarakat saat itu masih sangat percaya akan adanya ilmu-ilmu gaib. Bahkan sekarangpun, di negara-negara yang peradabannya terbelakang, masih sangat percaya adanya ilmu-ilmu gaib. Di Indonesia sendiri, masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah, masih sangat percaya akan adanya ilmu gaib, sedangkan mereka yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi, sudah mulai ada yang tidak percaya akan adanya ilmu gaib.


Pada zaman dahulu, pencitraan akan kesaktian sangatlah penting, baik secara politik maupun secara ekonomi. Tokoh yang dianggap sakti akan sangat dihormati, dan dukun yang dianggap sakti akan mendatangkan pundi-pundi uang. Jika gaya politisi sekarang menggunakan gaya pencitraan "image" (aliran pencitraan yang dipraktekkan SBY), pencitraan “kerja” (aliran pencitraan yang dipraktekkan Jokowi), dan pencitraan "image dan kerja" (aliran pencitraan yang dipraktekkan Obama), sedangkan politisi zaman primitif dahulu menggunakan pencitraan “kesaktian”. Jadi, para politisi (bangsawan) dan tokoh spiritual pada zaman dahulu menciptakan mitos dan trik-trik sulap yang dibumbui dengan mantra dan sesaji-sesaji untuk kesan sebuah kesaktian gaib.


Pengertian Sihir dalam Al-Quran


Dari uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa sihir sebenarnya cuma trik-trik sulap yang dikesankan sebagai ilmu gaib karena menggunakan mantra-mantra maupun sesaji-sesaji. Sihir dan kesaktian gaib sebenarnya tidak ada. Hal itu hanya buatan politisi dan dukun pada zaman dahulu untuk membodohi kaum sudra sebagai rakyat jelata yang bodoh.


Bagaimana dengan cerita di Al-Quran tentang para tukang sihir Fir'aun? Tukang sihir Fir'aun tidak lebih hanyalah semacam pesulap seperti Dedi Corbuzier, lebih tepatnya pesulap macam Ki Joko Bodo yang dikemas dengan image dukun. Tukang sihir Firaun hanya memperagakan trik dan kecepatan tangan dengan mengubah tali jadi ular. Hal itu tidak lebih seperti trik sulap semacam burung yang keluar dari sapu tangan yang biasa diperagakan banyak pesulap sekarang.


Dalam peradaban yang primitip dahulu dan peradaban sekarang di negara yang peradabannya masih terbelakang, maka secara ekonomi pesulap akan lebih laku kalau mencitrakan dirinya sebagai dukun bukan pesulap, seperti Ki Joko Bodo, Ki Kusumo dan sejenisnya. Selain itu, jadi dukun juga lebih mudah. Untuk jadi dukun cukup menguasai satu dua tiga trik, sedangkan untuk jadi pesulap terkenal butuh ribuan trik. Selain itu, peradaban ribuan tahun yang lalu belum mengenal hiburan sulap. Waktu itu ilmu sulap hanya dipakai untuk tipu-tipu dan pencitraan diri sebagai orang yang punya kekuatan gaib.


Perlu dicatat, di Al-Quran tidak ada satu ayat pun yang menceritakan bahwa ada orang yang pernah terkena sihir semisal santet dan tenung, yang ada cuma kata "sihir". Kata "sihir" yang dimaksud adalah tukang sulap semacam tukang sulap Fir'aun yang bisa memperagakan trik-trik sulap yang mengagumkan. Sedangkan yang dimaksud kejahatan sihir adalah kejahatan tipu-tipu, yaitu korban jadi kagum dan takut kepada si tukang sulap itu yang mengira punya kekuatan gaib.


Sekarang, di Indonesia yang masyarakatnya sudah mengenyam pendidikan formalpun, 99% masyarakatnya masih percaya akan adanya ilmu gaib (santet dan sebagainya) karena belum bisa move-on dari pemikiran nenek moyangnya yang primitif. Tentunya, kalau Rasulullah SAW pada zaman itu mengatakan bahwa sihir dalam arti gaib itu sebenarnya tidak ada, maka Rasulullah bisa-bisa dianggap gila oleh masyarakat Mekkah yang primitif waktu itu. Makanya Rasulullah tidak menggunakan pendekatan logika, tetapi dengan pendekatan hukum dan pendekatan gaib juga, yaitu seseorang yang percaya dukun, klenik, takhayul, dan yang menggunakan sihir diancam dengan neraka jahannam di akhirat kelak.


Di Al-Quran juga ada ayat yang menyuruh supaya berlindung hanya kepada Allah dari semua kejahatan, termasuk kejahatan sihir, yaitu surat Al-Falaq. Tentu ayat ini sangat berguna untuk sugesti masyarakat zaman Nabi dahulu bahwa mereka aman dari sihir yang mereka yakini ada, sehingga mereka tidak lari ke jimat dan mantra-mantra yang bisa menjerumuskan mereka ke dalam kesyirikan. Sedangkan hakikat maksud dan arti ayat tersebut tentunya bahwa masyarakat yang primitif pada masa itu supaya selamat dari rasa takut terhadap tukang sulap dan jangan sampai mereka mengikutinya karena para tukang  sulap/sihir waktu itu mencitrakan diri dengan kekuatan gaib yang mengarah ke kesyirikan.


Islam adalah ajaran yang sangat revolusioner. Bayangkan untuk ukuran 1400-an tahun lalu yang masyarakatnya masih sangat primitif, dipaksa untuk meninggalkan mitos, klenik, dan takhayul. Muslim dilarang percaya ramalan, dilarang memakai jimat, dilarang pergi ke dukun dan menggunakan sihir. Jadi, sihir dilarang karena ada unsur penipuan, mitos, takhayul, dan dibumbui dengan kesyrikan. Seperti membuat patung waktu itu dilarang karena disembah. Jadi, hakikatnya yang dilarang bukan sihir (trik sulap) maupun membuat patung, tapi karena adanya unsur syirik yang mengikutinya yang biasa dilakukan ummat waktu itu. Di peradaban modern tentunya sulap/sihir dan patung tidak relevan lagi diharamkan, karena illat (dasar) yang mengharamkannya sudah hilang.


Pengertian Sihir dalam Al-Hadis


Pencitraan kesaktian dan sihir merupakan alat politik di masa lalu bagi para raja, bangsawan, begawan, dan dukun. Jadi, para ulama seharusnya lebih hati-hati dalam mengkaji hadis-hadis tentang sihir. Jika dikaji lebih dalam banyak hadis-hadis tentang sihir yang matannya (isinya) bermasalah. Misalnya tentang Hadis Bukhari No. 3028 dan Muslim No. 4059 yang mengabarkan Rasulullah pernah kena sihir, dan dikabarkan Rasulullah sampai hilang akal dan kebingungan. Meskipun hadis tersebut dianggap sahih dilihat dari perawinya, tetapi kalau dilihat dari  matannya yang bertentangan dengan sifat Rasul yang siddiq maka hadis tersebut adalah hadis palsu. Bagaimana bisa disebut shiddiq kalau bisa disihir hingga hilang akal dan kebingungan.


Banyaknya hadis-hadis palsu tentang sihir bisa dimaklumi karena faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, serta tipikal masyarakat dahulu yang sangat suka membuat dan mengarang cerita-cerita gaib.


Di zaman modern sekarang saja, masih banyak orang yang menciptakan mitos dan klenik, misalnya dukun cilik ponari di jombang dan penipuan penggandaan uang. Jadi, sangat dimungkinkan orang-orang zaman paska Shahabat Nabi dahulu mengarang cerita tentang sihir dengan mengatasnamakan hadis, hingga tercatat oleh perawi hadis. Sedangkan para perawi hadis waktu itu juga patutnya masih sangat percaya akan hal-hal gaib sebagaimana umumnya orang zaman itu sehingga kurang dalam ketelitian dan kekritisan akan kesahihan hadis-hadis tentang sihir.


Di Indonesia saja, sekitar tahun 1980-an yang notabene sudah berada di zaman modern, orang-orang di kampung-kampung kalau ada orang sakit langsung berasumsi terkena santet atau diganggu setan (ketempelan demit). Ada orang kaya langsung tetangga menggosipkan pelihara pesugihan macam tuyul atau babi ngepet. Jadi, sangat wajar kalau ribuan tahun lalu, muncul hadis-hadis palsu tentang sihir dengan melihat fenomena masyarakat di zaman modern saja yang masih suka membuat-buat cerita gaib.


Syaitan 


Bagaimana yang dimaksud syaitan dalam Al-Quran? Syaitan yang dimaksud Al-Quran tidak lebih hanyalah seperti virus komputer. Virus komputer ada tapi hanya berada dan hanya bisa menyerang software komputer.


Syaitan (virus manusia) ada tapi hanya berada pada hati dan otak manusia saja dan tidak bisa menyerang hardware manusia, dan tidak bisa menampilkan wujudnya seperti yang diceritakan nenek moyang kita yang primitif.


Anda pernah nonton film ultraman? Dalam film itu virus komputer divisualisasikan seperti monster yang menyeramkan dan jahat. Tentu hanya anak-anak dan orang gila yang takut dan bisa melihat visualisasi virus komputer seperti dalam ultraman. Begitu juga hanya orang primitif, anak-anak, dan orang gila yang takut dan percaya bahwa syaitan bisa dilihat hingga mereka mengalami delusi dan berhalusinasi.


Di Al-Quran keterangan-keterangan akan syaitan berbeda sekali dengan cerita-cerita di beberapa hadis. Misalnya hadis yang mengabarkan bahwa ada Sahabat yang mengaku pernah melihat syaitan patut dianggap hadis palsu. Hal ini didasarkan alasan-alasan di atas, betapa primitifnya orang-orang waktu itu yang sangat percaya dengan takhayul dan sangat suka membuat-buat cerita gaib. Sekarang saja di zaman modern di berbagai media, masih banyak yang membuat-buat cerita gaib, misal dunia lain di tv trans7.


Wallahua’lam.