Salah satu syarat atau sifat dari
seorang Rasul adalah sidiq, seorang Rasul tentunya ucapannya tidak sembarangan
dan berisi kebenaran karena berdasarkan wahyu dan dirinya dipelihara oleh Allah
(maksum), dan ucapan Rasul banyak berisi nubuat, yaitu kebenaran-kebanaran yang bakal
terjadi di masa yang akan datang.
Di antara ucapan Muhammad SAW yang
membuktikan kebenaran bahwa beliau seorang Rasul salah satunya ada pada hadis tentang bid’ah
yang diriwayatkan oleh imam Muslim dan Nasa’i. Berikut kutipan hadisnya:
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ
اللهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرُّ اْلأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا
وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي
النَّارِ (رواه النسائي
“Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan siapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitab Allah (al-Qur’an), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW, dan seburuk-buruk perkara adalah muhdatsat (perkara baru yang diada-adakan), dan setiap yang baru diada-adakan adalah bid’ah, setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan itu (tempatnya) di dalam neraka.” (HR Nasa’I, Hadis serupa juga diriwayatkan oleh imam Muslim)
Mari kita perhatikan maksud dari kata perkata dari
kalimat-kalimat hadis di atas, “Barang
siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan siapa yang
disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.” Mari
kita lihat para ahli bid’ah dan ahli kitab (yahudi dan nasrani), mereka
orang-orang yang pandai dalam agama di masanya,
tetapi karena fanatisme kesukuan, budaya dan adat istiadat nenek moyang,
kelompok dan golongan, maka hati mereka tertutupi kebenaran akibat fanatisme
tadi hingga tidak melihat kebenaran ( lebih jelasnya bisa dilihat di artikel:
ahli bid’ah dan ahli kitab )
Selanjutnya mari kita lihat kalimat, “Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitab Allah (al-Qur’an),
dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW, dan seburuk-buruk
perkara adalah muhdatsat (perkara baru yang diada-adakan), dan setiap yang baru
diada-adakan adalah bid’ah,”. Mari kita lihat para ahli bid’ah, para
kyai/gus/habib ahli bid’ah kalau pidato dalam pengajian sedikt sekali
membacakan ayat-ayat quran maupun al-hadis, mereka lebih banyak berbicara yang
bersifat subyektif pribadi. Silahkan amati sendiri di lingkungan anda, lihat
kyai-kyai, gus-gus, dan habib-habib NU berpidato dan lihat dan amati isi
ceramah di Aswaja TV. Para da'i ahli bid’ah akan lebih banyak berucap/berkata-kata
menasehati jamaah pengajiannya dengan kata-kata mereka sendiri dibanding membacakan
kitabuLlah dan Hadis, padahal itu acara pengajian yang sepatutnya banyak
dibacakan ayat-ayat al-quran dan al-hadis. Fenomena seperti itu semakin menunjukkan
kebenaran hadis di atas, bahwa para ahli bid’ah ini sebenarnya abai pada
al-quran dan hadis, makanya mereka tersesat dalam bid’ah.
Selanjutnya mari kita lihat kalimat, "setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan itu (tempatnya) di dalam
neraka.”. Perhatikan pemilihan kata yang diucapankan Rasul yang mengatakan
bahwa semua bid’ah itu sesat, Rasul tidak bilang semua bid’ah itu buruk
(sayyiah), tetapi beliau bilang bahwa semua bid’ah itu sesat (dhalalah). Kita
lihat, ritual-ritual bid’ah yang ada (tahlilan, mujahadah, ratipan, dll) kalau
kita lihat dengan kaca mata manusia pada umumnya tentunya itu perbuatan yang
baik, jadi sebenernya semua bid’ah itu terlihat baik (hasanah), kalau yang
terlihat buruk itu adalah maksiat yang sifatnya kriminal, sedang maksiat bid’ah
terlihat baik (hasanah). Yang perlu direnungkan adalah, bahwa jalan yang
terlihat baik (lebar dan halus) itu belum tentu mengantarkan kita pada tempat
yang ingin kita tuju, bisa jadi justru itu jalan yang sesat karena tidak sesuai
peta, bisa jadi jalan yang sempit, terjal, dan terlihat buruk akan mengantarkan
kita ke tempat yang ingin kita tuju, karena itu jalan yang benar sesuai peta.
Maka dari itu, sangat tepat pemilihan kata sesat untuk para pelaku bid’ah, dan
karena tersesat maka yang tujuannya sebenarnya mengharapkan rahmat Allah (surga)
justru sampainya ke neraka (murka Allah) karena para ahlul bid’ah abai akan
peta (sebenar-benar perkataan adalah kitabuLlah dan sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk Muhammad SAW).
Pemilihan kata "sesat" / "dhalalah" bagi para pelaku bid'ah, menunjukkan bukti kebenaran ucapan Rasul, karena fenomena yang terjadi saat ini, para pelaku bid'ah menganggap perilaku bid'ahnya adalah baik (hasanah), karena orang yang tersesat pasti mengira jalan yang dilaluinya itu baik (hasanah), meski pada hakikatnya salah arah (dhalalah). Kullubid'atin dhalalah wakullu bid'atin finnar (semua pelaku bid'ah itu tersesat, dan semua yang tersesat itu menuju ke neraka).
Wallahua'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar