Sabtu, 23 November 2013

Bukti Muhammad SAW adalah Rasul



Salah satu syarat atau sifat dari seorang Rasul adalah sidiq, seorang Rasul tentunya ucapannya tidak sembarangan dan berisi kebenaran karena berdasarkan wahyu dan dirinya dipelihara oleh Allah (maksum), dan ucapan Rasul banyak berisi nubuat, yaitu kebenaran-kebanaran yang bakal terjadi di masa yang akan datang.


Di antara ucapan Muhammad SAW yang membuktikan kebenaran bahwa beliau seorang Rasul salah satunya ada pada hadis tentang bid’ah yang diriwayatkan oleh imam Muslim dan Nasa’i. Berikut kutipan hadisnya:



مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرُّ اْلأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ (رواه النسائي


“Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan siapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitab Allah (al-Qur’an), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW, dan seburuk-buruk perkara adalah muhdatsat (perkara baru yang diada-adakan), dan setiap yang baru diada-adakan adalah bid’ah, setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan itu (tempatnya) di dalam neraka.” (HR Nasa’I, Hadis serupa juga diriwayatkan oleh imam Muslim)



Mari kita perhatikan maksud dari kata perkata dari kalimat-kalimat hadis di atas, “Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan siapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.” Mari kita lihat para ahli bid’ah dan ahli kitab (yahudi dan nasrani), mereka orang-orang yang pandai dalam agama di masanya,  tetapi karena fanatisme kesukuan, budaya dan adat istiadat nenek moyang, kelompok dan golongan, maka hati mereka tertutupi kebenaran akibat fanatisme tadi hingga tidak melihat kebenaran ( lebih jelasnya bisa dilihat di artikel: ahli bid’ah dan ahli kitab )


Selanjutnya mari kita lihat kalimat, “Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitab Allah (al-Qur’an), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW, dan seburuk-buruk perkara adalah muhdatsat (perkara baru yang diada-adakan), dan setiap yang baru diada-adakan adalah bid’ah,”. Mari kita lihat para ahli bid’ah, para kyai/gus/habib ahli bid’ah kalau pidato dalam pengajian sedikt sekali membacakan ayat-ayat quran maupun al-hadis, mereka lebih banyak berbicara yang bersifat subyektif pribadi. Silahkan amati sendiri di lingkungan anda, lihat kyai-kyai, gus-gus, dan habib-habib NU berpidato dan lihat dan amati isi ceramah di Aswaja TV. Para da'i ahli bid’ah akan lebih banyak berucap/berkata-kata menasehati jamaah pengajiannya dengan kata-kata mereka sendiri dibanding membacakan kitabuLlah dan Hadis, padahal itu acara pengajian yang sepatutnya banyak dibacakan ayat-ayat al-quran dan al-hadis. Fenomena seperti itu semakin menunjukkan kebenaran hadis di atas, bahwa para ahli bid’ah ini sebenarnya abai pada al-quran dan hadis, makanya mereka tersesat dalam bid’ah.


Selanjutnya mari kita lihat kalimat, "setiap bid’ah itu sesat, dan setiap kesesatan itu (tempatnya) di dalam neraka.”. Perhatikan pemilihan kata yang diucapankan Rasul yang mengatakan bahwa semua bid’ah itu sesat, Rasul tidak bilang semua bid’ah itu buruk (sayyiah), tetapi beliau bilang bahwa semua bid’ah itu sesat (dhalalah). Kita lihat, ritual-ritual bid’ah yang ada (tahlilan, mujahadah, ratipan, dll) kalau kita lihat dengan kaca mata manusia pada umumnya tentunya itu perbuatan yang baik, jadi sebenernya semua bid’ah itu terlihat baik (hasanah), kalau yang terlihat buruk itu adalah maksiat yang sifatnya kriminal, sedang maksiat bid’ah terlihat baik (hasanah). Yang perlu direnungkan adalah, bahwa jalan yang terlihat baik (lebar dan halus) itu belum tentu mengantarkan kita pada tempat yang ingin kita tuju, bisa jadi justru itu jalan yang sesat karena tidak sesuai peta, bisa jadi jalan yang sempit, terjal, dan terlihat buruk akan mengantarkan kita ke tempat yang ingin kita tuju, karena itu jalan yang benar sesuai peta. Maka dari itu, sangat tepat pemilihan kata sesat untuk para pelaku bid’ah, dan karena tersesat maka yang tujuannya sebenarnya mengharapkan rahmat Allah (surga) justru sampainya ke neraka (murka Allah) karena para ahlul bid’ah abai akan peta (sebenar-benar perkataan adalah kitabuLlah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW).


Pemilihan kata "sesat" / "dhalalah" bagi para pelaku bid'ah, menunjukkan bukti kebenaran ucapan Rasul, karena fenomena yang terjadi saat ini, para pelaku bid'ah menganggap perilaku bid'ahnya adalah baik (hasanah), karena orang yang tersesat pasti mengira jalan yang dilaluinya itu baik (hasanah), meski pada hakikatnya salah arah (dhalalah). Kullubid'atin dhalalah wakullu bid'atin finnar (semua pelaku bid'ah itu tersesat, dan semua yang tersesat itu menuju ke neraka).


Wallahua'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar